Sering kali orang bertanya apa benar keberadaan penduduk yang mendiami pohon sebagai rumah tinggalnya. itu sebenarnya bukan sebuah mitos tapi fakta.. di sebuah kabupaten yang terletak di papua selatan tepatnya di kab. Mappi di sebuah perkampungan yang terisolasi dan jarang orang mengunjunginya ternyata keberadaan suku primitif itu ada. mereka disebut sebagai suku Koroway.
Suku karoway membuat rumahnya di atas pohon sebernanya mempunyai tujuan pemikiran yang sama dengan suku primitif lainnya di di dunia, yaitu sebagai tempat bermukim,berlindung dari bahaya binatang buas,ganguan suku lainnya,dan cuaca yang buruk.
Bahan dasar pembuatan rumah mereka terbuat dari bahan alami yang di sediakan alam, seperti daun yang dipakai pada atap, dinding menggunakan anyaman kayu kecil tanpa mengunakan paku sebagai pengikat
menggunakan daun kelapa atau daun lainnya yang dianggap mampu menaingi isi rumah mereka. rumah pohon bertumpu pada batang pohon, umumnya mereka mencari pohon yang besar dan kuat sebagai tempat untuk dijadikan rumah.
'Locus Amoneus' begitu Ernst Robert Curtius menyebut tempat hidup yang nyaman, lestari dan damai.
Dalam bukunya European Literature and the Latin Middle Ages ( 1953 ), Curtis melukiskan salah satu elemen dan ciri utama locus amoenus ialah perpohonan yang dipilih sebagai unsur penting landscap alam. Pohon dapat mencegah erosi, memproduksi oksigen dan mengurangi karbondioksida di atmosfer. Pohon mengatur suhu bumi dibanding tanaman lainnya, berusia panjang , beberapa diantaranya berusia ribuan tahun dan tumbuh hingga setinggi 115 meter.
Pohon sangat penting bagi usaha pertanian. Kayu pohon adalah bahan dasar untuk pembuatan rumah. Maka tidak heran , jika pohon - pohon selalu hadir pada setiap mitologi suku dan zaman dunia.
Saat ini terdapat sekitar 100 ribu spesies pohon dan sebagian besar pohon-pohon ini tumbuh di wilayah tropis seperti salah satunya di Papua. Namun banyak spesies pohon belum banyak diteliti oleh ahli botani sehingga spesies keragaman hayati kurang dipahami ( Friss, Ib, & Henrik Balslev, 2005 )
Mitos pohon dan kehidupan manusia juga muncul di mitologi Hongaria, Yggdrasil atau Irminsul dalam mitologi Skandinavia dan Oak dalam mitologi Slavia dan Finlandia. Sedangkan bagi suku Koroway pohon bukan sekedar mitos tetapi benar-benar menjadi pelindung dan sahabat kehidupan manusia di planet bumi ini.
Mereka disebut 'tree-dwellers' - penghuni pohon, yang baru resmi diakui dalam statistik kependudukan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui sensus penduduk tahun 2010 ( Peter - Huitchison, 2010 ).Suku Koroway hidup di rumah-rumah pohon yang dapat mencapai ketinggian 50 meter, bertutur bahasa sendiri dan hidup berburu dengan menggunakan kapak batu, panah, busur, pisau dan tulang. Orang Koroway mahir dalam memanjat pohon, hingga tahun 1970 an warga Koroway belum menyadari bahwa ada orang lain yang hidup diluar lingkungannya.
Hanya sedikit warga Koroway yang dapat membaca dan menulis. Karena itu jumlah penduduk Koroway 3000 dapat disensus tahun 2010 melalui penerjemah dari misionaris dan menggunakan bahasa isyarat.
Rumah dan kehidupan suku Koroway ibarat locus amoenus, bukan suatu pola hidup dari zaman batu. Seperti halnya 250 suku lain yang hidup di Papua, mereka memahami dasar-dasar dan arah perubahan alam. Mereka hidup dari alam dan merawat alamnya.
Bagi warga Koroway , pohon adalah tempat kehidupan yang aman, menyenangkan dan damai : locus amoenus.
Suku karoway membuat rumahnya di atas pohon sebernanya mempunyai tujuan pemikiran yang sama dengan suku primitif lainnya di di dunia, yaitu sebagai tempat bermukim,berlindung dari bahaya binatang buas,ganguan suku lainnya,dan cuaca yang buruk.
Bahan dasar pembuatan rumah mereka terbuat dari bahan alami yang di sediakan alam, seperti daun yang dipakai pada atap, dinding menggunakan anyaman kayu kecil tanpa mengunakan paku sebagai pengikat
menggunakan daun kelapa atau daun lainnya yang dianggap mampu menaingi isi rumah mereka. rumah pohon bertumpu pada batang pohon, umumnya mereka mencari pohon yang besar dan kuat sebagai tempat untuk dijadikan rumah.
'Locus Amoneus' begitu Ernst Robert Curtius menyebut tempat hidup yang nyaman, lestari dan damai.
Dalam bukunya European Literature and the Latin Middle Ages ( 1953 ), Curtis melukiskan salah satu elemen dan ciri utama locus amoenus ialah perpohonan yang dipilih sebagai unsur penting landscap alam. Pohon dapat mencegah erosi, memproduksi oksigen dan mengurangi karbondioksida di atmosfer. Pohon mengatur suhu bumi dibanding tanaman lainnya, berusia panjang , beberapa diantaranya berusia ribuan tahun dan tumbuh hingga setinggi 115 meter.
Pohon sangat penting bagi usaha pertanian. Kayu pohon adalah bahan dasar untuk pembuatan rumah. Maka tidak heran , jika pohon - pohon selalu hadir pada setiap mitologi suku dan zaman dunia.
Saat ini terdapat sekitar 100 ribu spesies pohon dan sebagian besar pohon-pohon ini tumbuh di wilayah tropis seperti salah satunya di Papua. Namun banyak spesies pohon belum banyak diteliti oleh ahli botani sehingga spesies keragaman hayati kurang dipahami ( Friss, Ib, & Henrik Balslev, 2005 )
Mitos pohon dan kehidupan manusia juga muncul di mitologi Hongaria, Yggdrasil atau Irminsul dalam mitologi Skandinavia dan Oak dalam mitologi Slavia dan Finlandia. Sedangkan bagi suku Koroway pohon bukan sekedar mitos tetapi benar-benar menjadi pelindung dan sahabat kehidupan manusia di planet bumi ini.
Mereka disebut 'tree-dwellers' - penghuni pohon, yang baru resmi diakui dalam statistik kependudukan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui sensus penduduk tahun 2010 ( Peter - Huitchison, 2010 ).Suku Koroway hidup di rumah-rumah pohon yang dapat mencapai ketinggian 50 meter, bertutur bahasa sendiri dan hidup berburu dengan menggunakan kapak batu, panah, busur, pisau dan tulang. Orang Koroway mahir dalam memanjat pohon, hingga tahun 1970 an warga Koroway belum menyadari bahwa ada orang lain yang hidup diluar lingkungannya.
Hanya sedikit warga Koroway yang dapat membaca dan menulis. Karena itu jumlah penduduk Koroway 3000 dapat disensus tahun 2010 melalui penerjemah dari misionaris dan menggunakan bahasa isyarat.
Rumah dan kehidupan suku Koroway ibarat locus amoenus, bukan suatu pola hidup dari zaman batu. Seperti halnya 250 suku lain yang hidup di Papua, mereka memahami dasar-dasar dan arah perubahan alam. Mereka hidup dari alam dan merawat alamnya.
Bagi warga Koroway , pohon adalah tempat kehidupan yang aman, menyenangkan dan damai : locus amoenus.
0 komentar:
Posting Komentar