PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Alam
di ciptakan untuk manusia, sedangkan manusia dengan segala pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya mampu mengubah keadaan lingkungannya sesuai
dengan segala kebutuhannya. Manusia karena evolusi kebudayaan tidak saja mampu
melahirkan ilmu dan teknologi tetapi semakin menambah panjang daftar kebutuhan mereka sehingga,
pada zaman sekarang ini banyak kita jumpai orang-orang yang tidak peduli
dengan alam maupun lingkungan hidup yang ia tinggali, padahal lingkungan hidup
yg kita tinggali sekarang ini merupakan tempat tinggal bagi generasi kita yang
akan datang oleh sebab itu marilah kita menjaga sedemikian rupa tempat tinggal
atau bumi kita ini untuk kelangsungan hidup anak cucu kita kelak, oleh sebab itu
maka saya sebagai penulis akan membahas mengenai pemanasan global karena dari
pemanasan global inilah kita dapat mencintai bumi kita dan tidak rakus untuk
mengeksploitasinya secara berlebihan, oleh karena itu di dalam makalah ini saya
akan mengulas mengenai bahayanya pemanasan global untuk kelangsungan hidup anak
cucu kita di masa depan sehingga anak cucu kita masih dapat hidup dalam
lingkungan dan bumi yang masih terjaga.
1.2 Rumusan
Masalah
Dalam
makalah terdapat rumusan masalahnya yaitu mengenai:
a. Apa
itu pemanasan global
b. Apa
yang menyebabkan pemanasan global
c. Dampak
yang di timbulkan akibat pemanasan global
d. Penanggulangan
untuk mengatasi pemanasan global
1.3 Batasan
Masalah
Pada
makalah ini penulis hanya membahas mengenai:
a. Pengertian
Pemanasan global secara umum,
b. Hal-hal
yg menyebabkan pemanasan global
1. Efek
rumah kaca
2. Efek
umpan balik
3. Variasi
Matahari
c. Dampak
yang di timbulkan oleh pemanasan global
1. Iklim
mulai tidak stabil
2. Peningkatan
Permukaan air laut
3. Suhu
Global cenderung meningkat
4. Gangguan
ekologis
d. Cara
penanggulangan untuk mengatasi pemanasan global.
1. Menanam
pohon
2. Hemat
energy dan listrik
3. Mencintai
lingkungan
4. Menjalani
diet vegetarian
1.4 Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengerti apa itu pemanasan
global dan bagaimana cara penanggulagannya sehingga kita dapat menyelamatkan
bumi dari bahaya pemanasan global untuk generasi anak cucu kita yang akan
datang.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pemanasan Global secara Umum
Pemanasan
global merupakan proses pemanasan pada bagian atmosfer karena untuk
menghangatkan tumbuhan dari suhu yang dingin, sehingga tumbuhan dapat bertahan
pada musim dingin. Cahaya matahari yang masuk ke bumi akan ditahan oleh lapisan
ozon agar sinar yang masuk ke dalam bumi adalah sinar yang tidak membahayakan
bagi makhluk hidup dan lapisan ozon akan mempertahankan suhu bumi agar tetap
stabil. Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek yang
menembus atmosfer bumi kemudian berubah menjadi gelombang panjang ketika
mencapai permukaan bumi. setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang
dipantulkan kembali ke atmosfer. Akan tetapi tidak semua gelombang panjang yang
dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar
karena dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer yang disebut
gas rumah kaca. Peristiwa alam ini dikenal dengan efek rumah kaca.
Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca secara signifikan, sehingga menyebabkan akumulasi
panas di atmosfer yang mempengaruhi sistem iklim global. Hal ini menyebabkan
naiknya temperatur rata-rata bumi yang dikenal dengan pemanasan global.
B.
Penyebab
Pemanasan Global
B.1 Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat
di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi
gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari
cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap
sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini
berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi
terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi
sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat
dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet
ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C
(59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F)dari
temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya
-18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global.
Enam jenis gas yang digolongkan
sebagai gas rumah kaca, antara lain:
- Karbondioksida (CO2) yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam).
- Metana (CH4) berasal dari areal persawahan, pelapukan kayu, timbunan sampah, proses industri, dan eksplorasi bahan bakar fosil.
- Nitrous Oksida (N2O) yang berasal dari kegiatan pertanian atau pemupukan, transporasi, dan proses industri.
- Hidroflourokarbon (HFCs) berasal dari sistem pendingin, aerosol, foam, pelarut, dan pemadam kebakaran.
- Perflourokarbon (PFCs) berasal dari proses industri.
- Sulfurheksafluorida (SF6) berasal dari proses industri.
Faktor-faktor yang Merusak Efek Rumah Kaca, antara
lain:
§
Peternakan
Pada tahun 2006, Organisasi Pangan dan Pertanian
Dunia (FAO) mengeluarkan laporan “Livestock’s Long Shadow” dengan kesimpulan
bahwa sektor peternakan merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global.
Sumbangan sektor peternakan terhadap pemanasan global sekitar 18%, lebih
besar dari sumbangan sektor transportasi di dunia yang menyumbang sekitar
13,1%. Selain itu, sektor peternakan dunia juga menyumbang 37% metana (72 kali
lebih kuat daripada CO2 selama rentang waktu 20 tahun), dan 65%
nitro oksida (296 kali lebih kuat daripada CO2).
Bagian
dari sektor peternakan yang menyumbang emisi gas rumah kaca. Berikut garis
besarnya menurut FAO:
1. Emisi karbon
dari pembuatan pakan ternak
a. Penggunaan bahan bakar fosil
dalam pembuatan pupuk menyumbang 41 juta ton CO2 setiap tahunnya
b. Penggunaan bahan bakar
fosil di peternakan menyumbang 90 juta ton CO2 per tahunnya (misal
diesel atau LPG)
c. Alih fungsi lahan yang
digunakan untuk peternakan menyumbang 2,4 milyar ton CO2 per
tahunnya, termasuk di sini lahan yang diubah untuk merumput ternak, lahan yang
diubah untuk menanam kacang kedelai sebagai makanan ternak, atau pembukaan
hutan untuk lahan peternakan
d. Karbon yang terlepas dari
pengolahan tanah pertanian untuk pakan ternak (misal jagung, gandum, atau
kacang kedelai) dapat mencapai 28 juta CO2 per tahunnya. Perlu Anda
ketahui, setidaknya 80% panen kacang kedelai dan 50% panen jagung di dunia
digunakan sebagai makanan ternak.
e. Karbon yang terlepas dari padang
rumput karena terkikis menjadi gurun menyumbang 100 juta ton CO2 per
tahunnya
2. Emisi karbon
dari sistem pencernaan hewan
a. Metana yang dilepaskan dalam
proses pencernaan hewan dapat mencapai 86 juta ton per tahunnya.
b. Metana yang terlepas dari pupuk
kotoran hewan dapat mencapai 18 juta ton per tahunnya.
3. Emisi karbon
dari pengolahan dan pengangkutan daging hewan ternak ke konsumen
a. Emisi CO2 dari
pengolahan daging dapat mencapai puluhan juta ton per tahun.
b. Emisi CO2 dari
pengangkutan produk hewan ternak dapat mencapai lebih dari 0,8 juta ton per
tahun.
§
Industri
Sumbangan sektor
industri terhadap emisi gas rumah kaca mencapai 19,4%. Sebagian besar sumbangan
sektor industri ini berasal dari penggunaan bahan bakar fosil untuk
menghasilkan listrik atau dari produksi C02 secara langsung sebagai
bagian dari pemrosesannya, misalnya saja dalam produksi semen. Hampir semua
emisi gas rumah kaca dari sektor ini berasal dari industri besi, baja, kimia,
pupuk, semen, kaca dan keramik, serta kertas.
§
Pertanian
Sumbangan sektor pertanian terhadap emisi gas rumah kaca sebesar
13,5%. Sumber emisi gas rumah kaca pertama-tama berasal dari pengerjaan tanah
dan pembukaan hutan. Selanjutnya, berasal dari penggunaan bahan bakar fosil
untuk pembuatan pupuk dan zat kimia lain. Penggunaan mesin dalam pembajakan,
penyemaian, penyemprotan, dan pemanenan menyumbang banyak gas rumah kaca. Yang
terakhir, emisi gas rumah kaca berasal dari pengangkutan hasil panen dari lahan
pertanian ke pasar.
§
Alih Fungsi Lahan dan Pembabatan
Hutan
Sumber lain C02 berasal
dari alih fungsi lahan di mana ia bertanggung jawab sebesar 17.4%. Pohon dan
tanaman menyerap karbon selagi mereka hidup. Ketika pohon atau tanaman membusuk
atau dibakar, sebagian besar karbon yang mereka simpan dilepaskan kembali ke
atmosfer. Pembabatan hutan juga melepaskan karbon yang tersimpan di dalam
tanah. Bila hutan itu tidak segera direboisasi, tanah itu kemudian akan
menyerap jauh lebih sedikit CO2.
§
Transportasi
Sumbangan seluruh sektor
transportasi terhadap emisi gas rumah kaca mencapai 13,1%. Sektor transportasi
dapat dibagi menjadi transportasi darat, laut, udara, dan kereta api. Sumbangan
terbesar terhadap perubahan iklim berasal dari transportasi darat (79,5%),
disusul kemudian oleh transportasi udara (13%), transportasi laut (7%), dan
terakhir kereta api (0,5%).
§
Hunian dan Bangunan Komersial
Sektor
hunian dan bangunan bertanggung jawab sebesar 7,9%. Namun, bila dipandang dari
penggunaan energi, maka hunian dan bangunan komersial bisa menjadi sumber emisi
gas rumah kaca yang besar. Misalnya saja dalam penggunaan listrik untuk
menghangatkan dan mendinginkan ruangan, pencahayaan, penggunaan alat-alat rumah
tangga, maka sumbangan sektor hunian dan bangunan bisa mencapai 30%. Konstruksi
bangunan juga mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca. Sebagai contohnya,
semen, menyumbang 5% emisi gas rumah kaca.
§
Sampah
Limbah
sampah menyumbang 3,6% emisi gas rumah kaca. Sampah di sini bisa berasal dari
sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Sampah (2%) atau dari air limbah atau
jenis limbah lainnya (1,6%). Gas rumah kaca yang berperan terutama adalah
metana, yang berasal dari proses pembusukan sampah tersebut.
§
Pembangkit Energi
Sektor energi merupakan sumber
penting gas rumah kaca, khususnya karena energi dihasilkan dari bahan bakar
fosil, seperti minyak, gas, dan batu bara, di mana batu bara banyak digunakan
untuk menghasilkan listrik. Sumbangan sektor energi terhadap emisi gas rumah
kaca mencapai 25,9%.
B.2 Efek umpan balik
Anasir
penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik
yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya
air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang
dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2
sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara,
kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara
menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan
karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek
umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian
saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra
merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila
dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi
infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek
netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa
detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail
ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat
kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam
model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam
Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada
pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap
positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan
balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada
di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan
melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan
maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi
Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es
yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan
balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari
melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap
pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang
juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan
lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga
membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang
rendah.
B.3
Variasi Matahari
Variasi Matahari selama 30 tahun
terakhir.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari
Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat
memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini
dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari
akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah
diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari
menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun
1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung
berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga
tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa
kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan
dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah
berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama
periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan
rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat
estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan
pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu
vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian,
mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim
terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi
pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun
2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak
menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada
seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil
sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir.
Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah
penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi
dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
A. Dampak
Yang Di Timbulkan Pemanasan Global
C.1 Iklim Mulai Tidak Stabil
Para
ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah
hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan
yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga
akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya
matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses
pemanasan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara
rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah
hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun
terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat
menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari
sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang
berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang
terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca
menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Contoh
dari dampak iklim yang tidak stabil:
§ Hutan Amazon
Akan Berubah Menjadi Gurun
Memiliki jutaan spesies
dan cadangan 1/5 air bersih dunia, hutan Amazon merupakan hutan hujan tropis
terbesar di dunia. Tapi pemanasan global dan penggundulan hutan membalikkan
fungsi hutan sebagai penyerap karbon dan merubah 30-60 persen hutan menjadi
padang rumput kering. Proyeksi-proyeksi menunjukkan hutan ini bisa lenyap
menjelang tahun 2050.
§
Hewan-hewan yang
Menyusut
Studi
baru menyebutkan bahwa bahwa spesies-spesies hewan mengalami penyusutan
rata-rata hingga 50 persen dari massa tubuhnya dalm 30 tahun terakhir.
Penelitian awal terhadap domba menduga bahwa musim dingin yang lebih pendek dan
ringan membuat domba-domba itu tidak menambah berat badannya untuk bertahan
hidup pada tahun pertama hidupnya. Faktor seperti ini dapat juga mempengaruhi
populasi ikan. Para peneliti menyebutkan perubahan iklim ini bisa mengganggu
rantai-rantai makanan, dimana predator di puncak rantai makanan yang paling
terpengaruhi karena menyusutnya mangsa
Para ilmuwan melihat
tanda-tanda bahwa gurun sahara dan wilayah di sekitarnya menghijau akibat makin
meningkatnya curah hujan. Hujan ini mampu merevitalisasi wilayah gersangnya
sehingga menarik komunitas petani. Kecenderungan menyusutnya gurun ini
dijelaskan oleh model-model iklim, yang memprediksi kembalinya ke kondisi yang
merubah Sahara menjadi padang rumput subur seperti sekitar 12 ribu tahun yang
lalu.
§
Angin Topan Bertiup Lebih Dasyat
Badai
memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat
akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat
dan besar. Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa, Amerika,
dan Karibia telah mengalami begitu banyak badai dibandingkan abad
sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai biasa, namun
masuk kategori badai mematikan.
Badai debu terjadi lebih sering
di afrika selatan.
§
Kekeringan
Afrika,
India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah.
Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga
suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara
Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia
meningkat sebanyak 66 %.
§
Gelser Mencair
Gletser di
Patagonia, Argentina tahun 1928. Dan Gletser di Patagonia, Argentina 2004. 76
tahun dari perubahan iklim, dan sekarang… menyeramkan sekali.
§
Penyakit Merajalela
Malaria,
demam berdarah , ebola , dan banyak penyakit yang dulu cuma di anggap sebagai
penyakit negara tropis , bisa menyebar ke berbagai negara Eropa yang
dikenal dingin. Penyebabnya apalagi kalau bukan banjir atau kekeringan yang
mengundang banyak hewan pembawa penyakit bersarang disana.
§
.Ekosistem Hancur
Perubahan
iklim yang terjadi akibat global warming akan menghancurkan ekosistem
yang ada. Setelah sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana
kekeringan, banjir , badai, atau ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang
tersisa bakal mengalami kesulitan untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah
berkurangnya sumber air , udara bersih, bahan bakar , sumber energi , bahan
makanan, obat-obatan yang dibutuhkan untuk survive.
C.2 Peningkatan permukaan air laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah
dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga
akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama
sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air
di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 -
10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih
lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi
kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan
6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit
pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat
air pasang akan meningkat di daratan. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut
akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan
menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area
perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi
sebagian besar dari Florida
Everglades.
Sedangkan hal yang
mengancam Indonesia yaitu akan berkurangnya
luasan kawasan pesisir dan bahkan hilangnya pulau-pulau kecil yang dapat
mencapai angka 2000 hingga 4000 pulau, tergantung dari kenaikan muka air laut
yang terjadi. Dengan asumsi kemunduran garis pantai sejauh 25 meter, pada akhir
abad 2100 lahan pesisir yang hilang mencapai 202.500 ha.
Contoh
akibat dari peningkatan permukaan air laut yaitu seperti:
§ Great Barrier
Reef Lenyap dalam 20 Tahun
Naiknya
air laut akibat pemanasan global dalam 20 tahun akan menenggelamkan gugusan
karang ajaib ini. Charlie, mantan kepala peneliti di Australian Institute of
Marine Science mengatakan pada The Times: "Tidak ada harapan, Great
Barrier akan lenyap 20 tahun lagi atau lebih. Sekali karbon dioksida (CO2)
menyentuh level seperti yang diprediksi antara tahun 2030 dan 2060, seluruh
karang akan lenyap. Hal ini didukung para peneliti karang dan juga semua
organisasi terkait lainnya.
C.3
Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan
menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya
tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah
pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat
menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi
sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam.
Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang
lebih hebat.
C.4
Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit
menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai
manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub
atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari
daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke
utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
B. Penanggulangan
untuk Mengatasi Pemanasan Global
D.1
Penanaman Pohon
Pada era pemanasan global dan berbagai bencana alam, gerakan
penanaman pohon merupakan hal mutlak. Karena pohon berjasa untuk menahan air
dalam tanah, mencegah erosi dan longsor, menjadi habitat bagi beragam makhluk
hidup, memproduksi oksigen, menyerap karbondioksida gas rumah kaca, penyebab
pemanasan global. menyaring gas polutan, meredam kebisingan, angin dan sinar
matahari, dan menurunkan suhu kota.
Berbagai penelitian membuktikan, 1 hektar ruang terbuka
hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar menghasilkan 0,6 ton O2 untuk
1.500 penduduk/hari, menyerap 2,5 ton CO2/tahun (6 kg CO2/batang
per tahun, menyimpan 900 m3 air tanah/tahun, mentransfer air 4.000
liter/hari, menurunkan suhu 5°C-8°C, meredam kebisingan 25-80 persen, dan
mengurangi kekuatan angin 75-80 persen. Setiap mobil mengeluarkan gas emisi
yang dapat diserap oleh 4 pohon dewasa (tinggi 10 m ke atas, diameter batang
lebih dari 10 cm, tajuk lebar, berdaun lebat).
D.2
Hemat Energy dan Listrik
Caranya bila
memungkinkan, carilah sumber-sumber energi alternatif yang tidak menghasilkan
emisi CO2 seperti tenaga matahari, air, angin, nuklir, dan
lain-lain. Bila terpaksa harus menggunakan bahan bakar fosil (yang mana akan
menghasilkan emisi CO2), gunakanlah dengan bijak dan efisien. Hal
ini termasuk menghemat listrik dan energi, apalagi Indonesia termasuk negara
yang banyak menggunakan bahan bakar fosil (minyak, batubara) untuk pembangkit
listriknya. Jadi matikanlah peralatan
listrik ketika tidak digunakan, gunakanlah lampu hemat energi, dan gunakanlah
panel surya sebagai energi alternatif.
D.3
Mencintai Lingkungan
Dengan cara mencintai lingkungan kita sudah dapat mengurangi
sedikit pemanasan global. Hal ini dapat kita lakukan dengan cara tidak membuang
sampah secara sembarangan, say no to plastic karena hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya
ketika dibakar. Atau anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur
ulang kembali dan
menggunakan barang-barang yang dapat di daur ulang, menghemat pemakaian kertas
karena kertas berbahan dasar kayu serta usahakan menggunakan
transportasi umum dan kendaraan yang berbahan bakar ramah lingkungan.
Jadi pada
intinya lakukanlah semua hal dengan memikirkan lingkungan untuk masa depan bumi
dari ancaman pemanasan global yang akan semakin parah.
D.4
Menjalani diet Vegetarian
Pengeluaran gas dari kutub dan laut,
kita tidak bisa menghentikan. Namun pengeluaran gas dari binatang, kita bisa
menghentikannya. Dengan menjadi vegetarian (tidak mengkonsumsi produk hewani,
misalnya daging binatang, susu, telur, keju), kita bisa menyelamatkan bumi dari
pemanasan global. Jumlah populasi hewan ternak saat ini jauh lebih banyak,
melebihi populasi manusia. Jumlah yang besar ini diakibatkan oleh permintaan
konsumsi daging dari masyarakat yang besar.
Konsumsi daging juga menyebabkan
hutan-hutan dibabat habis demi membangun peternakan. Konsumsi daging memberikan
polusi luar biasa besar bagi bumi, mulai dari transportasi makanan,
obat-obatan, dan daging dari peternakan ke pasar, hingga limbah yang mereka
buang, semua memberi dampak negatif yang sangat berat bagi lingkungan kita, Seandainya permintaan daging masyarakat sedikit, jumlah
populasi hewan ternak juga akan menurun sehingga akan mengurangi gas emisi
rumah kaca.
Jadi menjalani diet vegetarian
merupakan langkah terbaik dan tercepat untuk menghentikan pemanasan global, dan
hal Ini dikemukakan oleh ahli dari PBB, RAJENDRA PACHAURI Ketua Panel Antar
Pemerintah Perubahan Iklim PBB (IPCC) dan DR. JAMES HANSEN, Peneliti Iklim
NASA.
PENUTUP
Kesimpulan
Pemanasan
global adalah suatu peningkatan temperature suhu bumi dimana pemanasan global
ini di sebabkan oleh adanya efek rumah kaca, efek umpan balik dan variasi
matahari.
Adanya
efek rumah kaca ini sendiri disebabkan oleh ulah dari manusia. Sehingga dampak
dari pemanasan global ini akan mengakibatkan adanya:
ª
Iklim yang mulai tidak stabil seperti
kekeringan yang berlebihan, badai, daerah gurun dapat menjadi subur dan
sebagainya.
ª
Peningkatan permukaan air laut yang yang
di sebabkan oleh mencairnya gletser-gletser yang berada di kutup utara yang
akan menyebabkan sebagian pulau-pulau kecil yg berada didunia akan menghilang.
ª
Suhu global cenderung meningkat
ª
Serta adanya gangguan ekologis
Sedangkan
cara penanggulanganya kita dapat melakukan hal-hal seperti:
ª
Melakukan penanaman pohon
ª
Hemat energy dan listrik
ª
Mencintai lingkungan
ª
Melakukan diet vegetarian
Hal
ini harus kita lakukan untuk mengurangi pemanasan global sehingga bumi kita
tetap dapat terjaga dan tidak semakin hancur dan hal ini kita lakukan demi kelangsungan
generasi anak cucu kita yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
§
Admin. 2007. Pemanasan Global. http://putrindah.wordpress.com. 2 Oktober 2007: Jakarta. (diakses pada 28
Desember 2010 jam 16.39 WIT).
§
Firmansyah. 2009. Pengaruh Global Warming Terhadap Kehidupan Manusia. http://wordpress.com.
3 Januari 2009 (diakses pada 29 Desember
2010 jam 10.31 WIT).
§
Global
Warming Mengancam Kehidupan Planet Bumi. http://www.suprememastertv.com
(diakses pada 29 Desember 2010 jam
10.47).
§
Inilah
akibat Dasyat dari Global Warming. http://www.treehugger.com.
(diakses pada 28 Desember 2010 jam 16.30 WIT).
§
Kompasiana. 2008. Indonesia Bakal Tenggelam Akibat Global Warming. http://www.forumkami.com.
September 2008: Jakarta. (diakses pada29 Desember 2010 jam 10.30 WIT).
§
Marselina, Riskiyanti. 2008. Penanggulangan Pemanasan Global. http://www.wikimu.com.
10 April 2008. (Diakses pada 29 Desember 2010 jam 10.10 WIT).
§
Penyebab
Pemanasan Global. http://www.pemanasanglobal.net.
8 Maret 2009. (Diakses pada 28 Desember 2010 jam 15.44 WIT).
§
Lesmana, Teddy. 2007. Pemanasan Global, Energi Alternatif, dan Kemiskinan.
http://www.republika.co.id.
22 Oktober 2007. (Diakses pada 28 Desember 2010 jam 16.16 WIT).
§
Werang, B.R. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Merauke: UPT P2M Universitas Musammus.
§
Yudi. 2010. Pengaruh Positif Akibat Global Warming. http://capsulx368.blogspot.com.
11 September 2010: Wikipedia Indonesia. (Diakses pada 29 Desember 2010 jam10.30
WIT).
0 komentar:
Posting Komentar