Kamis, 04 Agustus 2011

Desain Ruko Dengan Program Archicad

Mendesain bangunan dengan program archicad sangatlah simple, oleh karna fitur-fiturnya yang kompleks,dan dapat kita gunakan secara instan. berikut adalah gambar yang saya coba sajikan dengan menggunakan program Archicad 2010 yang tampilannya cukub baik. Desain ini adalah contoh desain Ruko yang yang telah dirender
desain ruko dan gudang
gambar ini adalah desain sebuah ruko dengan bangunan gudang yang saling berdampingan. view render berada disebelah kiri kamera pengamat.
Gambar dibawah menunjukkan hasil rendering dengan membuka bagian atap sehingga tampak bangunan tersebut belum jadi dan memperlihatkan bagian stuktur dan kontruksi atap

render ruko tampa atap



render ruko view samping kanan

Rabu, 03 Agustus 2011

Makna Filosofis Arsitektur Rumah Adat Batak

Suku Batak terdiri dari enam kelompok Puak yang sebagian besar menempati daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola dan Mandailing. Suku Batak Toba adalah masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal sebagai penduduk asli disekitar Danau Toba di Tapanuli Utara. Pola perkampungan pada umumnya berkelompok. Kelompok bangunan pada suatu kampung umumnya dua baris, yaitu barisan Utara dan Selatan. Barisan Utara terdiri dari lumbung tempat menyimpan padi dan barisan atas terdiri dari rumah adat, dipisahkan oleh ruangan terbuka untuk semua kegiatan sehari-hari.


Desa-desa di daerah Danau Toba, meskipun saat ini telah kehilangan dibandingkandengan bentuk desa masa lampau, tetapi ciri yang umum masih ada bahkan pada desa-desa yang kecil, yaitu dikelilingi oleh sebuah belukar bambu. Pohon-pohon bambu sangat tinggi dan seringkali sulit untuk melihat rumah-rumahnya dari luar desa itu, kecuali didaerah yang berbukit. Di sekitar Balige, poros bangunan yang panjang mempunyai arah Utara-Selatan sedang di daerah bukit poros bangunan yang panjang sering diorientasikan secara melintang ke arah sudut-sudut yang tepat ke lereng-lereng bukit. Di daerah Samosir, poros bangunan yang panjang diarahkan ke Timur-Barat.

Pada mulanya Huta, Lumban, atau kampung itu hanya dihuni oleh satu klan atau marga dan Huta itu pun di bangun oleh klan itu sendiri. Jadi sejak mulanya Huta itu adalah milik bersama. Sebagaimana ciri khas orang Batak yang suka gotong royong, demikianlah mereka membangun Huta. Oleh karena Huta didiami oleh sekelompok orang yang semarga, maka ikatan kekeluargaan sangat erat di Huta itu. Mereka secara gotong royong membangun dan memperbaiki rumah, secara bersama-sama memperbaiki pancuran tempat mandi, memperbaiki pengairan, mengerjakan ladang dan sawah, dan bersama-sama pula memetik hasilnya.

Biasanya Huta hanya didiami beberapa anggota keluarga yang berasal dari satu leluhur. Disebabkan oleh pertambahan penduduk, kemudian dibangunlah rumah dekat rumah leleuhur atau ayah yang pertama. Demikian seterusnya bangunan rumah makin bertambah, sehingga terbentuk perkampungan yang lebih ramai. Sering pula kampung itu terdiri dari beberapa kelompok kampung-kampung kecil, yang hanya dipisahkan pagar bambu yang ditanam dipinggiran kampung.

Adanya usaha beberapa orang dari anggota masyarakat dalam satu kampung untuk memisahkan diri dan membentuk kampung sendiri, dapat membuat berdirinya Huta lain. Suatu Huta yang baru, hanya dapat diresmikan kalau sudah ada ijin dari Huta yang lama (Huta induk) dan telah menjalankan suatu upacara tertentu yang bersifat membayar hutang kepada Huta induk.

Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan kadang-kadang dilekatkan tanduk kerbau, sehingga rumah adat itu menyerupai kerbau.

Punggung kerbau adalah atap yang melengkung, kaki-kaki kerbau adalah tiang-tiang pada kolong rumah. Sebagai ukuran dipakai depa, jengkal, asta dan langkah seperti ukuran-ukuran yang pada umumnya dipergunakan pada rumah-rumah tradisional di Jawa, Bali dan daerah-daerah lain. Pada umumnya dinding rumah merupakan center point, karena adanya ukir-ukiran yang berwarna merah, putih dan hitam yang merupakan warna tradisional Batak.
Ruma Gorga Sarimunggu yaitu ruma gorga yang memiliki hiasan yang penuh makna dan arti. Dari segi bentuk, arah motif dapat dicerminkan falsafah maupun pandangan hidup orang Batak yang suka musyawarah, gotong royong, suka berterus terang, sifat terbuka, dinamis dan kreatif.

Ruma Parsantian didirikan oleh sekeluarga dan siapa yang jadi anak bungsu itulah yang diberi hak untuk menempati dan merawatnya. Di dalam satu rumah dapat tinggal beberapa keluarga , antara keluarga bapak dan keluarga anak yang sudah menikah. Biasanya orangtua tidur di bagian salah satu sudut rumah. Seringkali keluarga menantu tinggal bersama orangtua dalam rumah yang sama.

Rumah melambangkan makrokosmos dan mikrokosmos yang terdiri dari adanya tritunggal benua, yaitu : Benua Atas yang ditempati Dewa, dilambangkan dengan atap rumah; Benua Tengah yang ditempati manusia, dilambangkan dengan lantai dan dinding; Benua Bawah sebagai tempat kematian dilambangkan dengan kolong. Pada jaman dulu, rumah bagian tengah itu tidak mempunyai kamar-kamar dan naik ke rumah harus melalui tangga dari kolong rumah, terdiri dari lima sampai tujuh buah anak tangga. Bersambung.

Suku Batak terdiri dari enam kelompok Puak yang sebagian besar menempati daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola dan Mandailing. Sebelum meletakkan pondasi lebih dahulu diadakan sesajen, biasanya berupa hewan, seperti kerbau atau babi. Caranya yaitu dengan meletakkan kepala binatang tersebut ke dalam lubang pondasi, juga darahnya di tuang kedalam lubang. Tujuannya supaya pemilik rumah selamat dan banyak rejeki di tempat yang baru.

Ada tiang yang dekat dengan pintu (basiha pandak) yang berfungsi untuk memikul bagian atas, khususnya landasan lantai rumah dan bentuknya bulat panjang. Balok untuk menghubungkan semua tiang-tiang disebut rassang yang lebih tebal dari papan. Berfungsi untuk mempersatukan tiang-tiang depan, belakang, samping kanan dan kiri rumah dan dipegang oleh solong-solong (pengganti paku). Pintu kolong rumah digunakan untuk jalannya kerbau supaya bisa masuk ke dalam kolong.

Tangga rumah terdiri dari dua macam, yaitu : pertama, tangga jantan (balatuk tunggal), terbuat dari potongan sebatang pohon atau tiang yang dibentuk menjadi anak tangga. Anak tangga adalah lobang pada batang itu sendiri,berjumlah lima atau tujuh buah. Biasanya terbuat dari sejenis pohon besar yang batangnya kuat dan disebut sibagure. Kedua, tangga betina (balatuk boru-boru), terbuat dari beberapa potong kayu yang keras dan jumlah anak tangganya ganjil.

Tiang-tiang depan dan belakang rumah adat satu sama lain dihubungkan oleh papan yang agak tebal (tustus parbarat), menembus lubang pada tiang depan dan belakang. Pada waktu peletakannya, tepat di bawah tiang ditanam ijuk yang berisi ramuan obat-obatan dan telur ayam yang telah dipecah, bertujuan agar penghuni rumah terhindar dari mara bahaya.

Rumah adat Batak Toba pada bagian-bagian lainnya terdapat ornamen-ornamen yang penuh dengan makna dan simbolisme, yang menggambarkan kewibawaan dan kharisma. Ornamen-ornamen tersebut berupa orang yang menarik kerbau melambangkan kehidupan dan semangat kerja, ornament-ornamen perang dan dan sebagainya. Teknik ragam hias terdiri dari dua cara, yaitu dengan teknik ukir teknik lukis. Untuk mengukir digunakan pisau tajam dengan alat pemukulnya (pasak-pasak) dari kayu. Sedangkan teknik lukis bahannya diolah sendiri dari batu-batuan atau pun tanaga yang keras dan arang. Atap rumah terbuat dari ijuk yang terdiri dari tiga lapis. Lapisan pertama disebut tuham-tuham ( satu golongan besar dari ijuk, yang disusun mulai dari jabu bona tebalnya 20 cm dan luasnya 1x1,5 m2). Antara tuham yang satu dan dengan tuham lainnya diisi dengan ijuk agar permukaannya menjadi rata. Lapisan kedua, yaitu lalubaknya berupa ijuk yang langsung diambil dari pohon Enau dan masih padat, diletakkan lapis ketiga. Setiap lapisan diikat dengan jarum yang terbuat dari bambu dengan jarak 0,5 m.

Sebelum mendirikan bangunan diadakan musyawarah terlebih dahulu. Hasil musyawarah dikonsultasikan kepada pengetua untuk memohon nasihat atau saran. Setelah diadakan musyawarah, tindakan berikutnya adalah peninjauan tempat. Apabila tempat tersebut memenuhi persyaratan, maka ditandai dengan mare-mare yakni daun pohon enau yang masih muda dan berwarna kuning, yang merupakan pertanda atau pengumuman bagi penduduk disekitarnya bahwa tempat tersebut akan dijadikan bangunan.
Tahap pertama adalah pencarian pohon-pohon yang cocok kemudian ditebang dan dikumpulkan disekitar tempat-tempat yang akan didirikan rumah. Kemudian bahan-bahan tersebut ditumpuk ditempat tertentu agar terhindar dari hujan dan tidak cepat lapuk atau menjadi busuk.

Dalam mendirikan suatu rumah adat biasanya memakan waktu sampai lima tahun. Sudah barang tentu memakan biaya banyak, karena banyaknya hewan yang dikorbankan, untuk memenuhi syarat-syarat dan upacara-upacara yang diadakan, baik sebelum mendirikan bangunan (upacara mengusung bunti), pada waktu mendirikan bangunan (upacara parsik tiang) pada waktu memasang tiang, dan panaik uwur (pada waktu memasang uwur) maupun pada waktu bangunan telah selesai, yaitu upacara memasuki rumah baru (mangopoi jambu) dan upacara memestakan rumah (pamestahon jabu)

Suku Batak terdiri dari enam kelompok Puak yang sebagian besar menempati daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola dan Mandailing.
Daerah yang ditempati oleh suku Batak Simalungun terletak diantara daerah Karo dan Toba di Sumatera Utara. Pada waktu ini sudah hampir tidak terdapat lagi desa-desa tradisional dari suku Batak Simalungun, yang dahulunya merupakan sebuah desa yang besar sekali dikelilingi oleh pohon-pohon beracun. Desa tersebut dibangun di atas sebuah bukit, dan sulit sekali untuk dimasuki kecuali melewati terowongan-terowongan yang langsung dapat mencapai tengah-tengah desa.

Arsitektur tradisional dari suku Batak Simalungun masih dapat dipelajari dari empat jenis bangunan yang masih ada, dalam bentuk Balai Buttu (pintu gerbang rumah), Jambur (gudang), Bolon adat (rumah raja) dan Balai Bolon Adat (gedung pertemuan dan pengadilan). Balai Buttu dicapai dengan anak tangga dari kayu, luasnya kira-kira 6m2 dan tingginya 6 m. Dasarnya adalah balok-balok horisontal yang dibangun dalam bentuk persegi, di susun di atas empat buah batu kali dengan alas ijuk diantara batu dan papan . jambur digunakan untuk menyimpan beras, tetapi dipakai juga sebagai tempat tinggal tamu laki-laki dan tempat dimana para bujangan tidur.

Fungsi dari bangunan ini seperti yang ada di Pematang Purba, tampaknya telah menyimpang dari penggunaan aslinya dan terlihat pada tungku perapiannya. Bagian atas menunjukkan bahwa kegunaan utamanya telah menjadi tempat tinggal dan bukan dipergunakan sebagai tempat penyimpanan beras. Bangunan ini kira-kira luasnya 25 m2 dan tingginya 7m. Strukturnya di atas dua belas batu kali yang tiga menyilang ke depan dan empat dari depan ke belakang. Lantai yang lebih rendah hanya 75 cm dari tanah dan ditopang tiga lapis palang balok. Lumbung digantungkan di atas tungku di tingkat atas, dimana penggunaan utama dari bangunan tersebut tetap sebagai tempat penyimpanan beras.

Balai Balon Adat semula digunakan untuk tempat pertemuan-pertemuan dan untuk membahas masalah penting dalam hukum adat. Sistem pembangunannya sama seperti Balai Buttu, tetapi dalam skala lebih besar. Perbedaan utamanya adalah pada tiang penyangga struktur atap yang diletakkan di atas balok lantai. Tiang berdiameter 35 cmdan dibuat dari kayu yang sangat keras. Dasar dari tiang ini sangat penting dan ditutupi dengan ukiran, lukisan dan tulisan yang berhubungan dengan hukum adat. Bagian depan (Timur) adalah pintu, lebarnya 80 cm dan tingginya 1,5 m, dikelilingi dengan ukiran, lukisan dan tulisan dan dengan dua kepala singa pada ambang pintu.
Potongan yang lebih rendah dari dinding yang miring pada setiap sisi pintunya dipenuhi dengan papan tiang jendela vertikal yang membiarkan masuknya cahaya dan angin. Rumah Balon Adat (rumah raja) terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang besar dibangun pada tiang-tiang vertikal, sedangkan yang kecil disusun pada tumpukan balok horisontal, pintu masuk pada sisi sebelah Timur diapit oleh balkon atas dan bawah, menopang pada sambungan dari bagian atap ke bagian depan bangunan. Ujung atapnya sederhana, dua puluh tiang yang menopang lantai dibentuk menjadi ortogal dan dicat dengan motifgeometris hitam putih.

Tidak seperti bangunan lainnya, bangunan ini mempunyai lantai ganda dengan gang yang menurun ke pusat pada lantai yang lebih rendah. Lantai yang rendah berada 2,80 m dari tanah dan gang digantungkan dengan rota yang diikat pada dua pusat kayu, dilengkapi dengan kumpulan papan yang terbentuk dengan indah sebagai dekorasinya. Tungku perapian dibangun dari sisa pembakaran kayu dan dipenuhi dengan tanah. Di atas tungku dipasang ayunan dimana peralatan memasak disimpan dan bahan makanan dikeringkan serta diasapi.

Pintu pada ujung sebelah Timur kamar raja berisi ruangan tidur kecil dan dua tungku api. Konstruksi pada bagian bangunan ini sama dengan rumah pertemuan (Balai Balon adat) kecuali struktur lantainya sedikit rumit sebagai akibat dari tungku tersebut. Penutup atap keseluruhan adalah jalinan ijuk pada kaso dan papan kecil dari bambu. Bumbungan dikat dengan ijuk dengan hiasan kepala kerbau pada puncaknya.

Pada bangunan Simalungun susunan strukturnya terdiri dari tiang-tiang bergaris tengah 40 sampai 50 cm. Sebagian besar adalah balok-balok dan tiang-tiang yang dibiarkan dalam potongan bundar yang ditebang dari hutan. Kayu yang digunakan pada umumnya adalah kayu keras, kayu tongkang dan kadang-kadang keseluruhan bambu digunakan dalam jalinan ijuk yang diikat dengan rotan atau bambu belah. Struktur tersebut ditata di atas batu-batu kali yang besar kecuali untuk rumah raja. Tiang-tiangnya ditanam di dalam tanah. Pusat tiang terpenting dari gedung pertemuan diukir dari kayu keras yang tebal. Paku tidak digunakan dalam konstruksi, hanya pasak dan tali ijuk baji (sentung).
Bangunan rumah adat Batak Karo merupakan sebuah bangunan yang sangat besar, terdiri dari empat sampai enam tungku perapian, satu untuk setiap unit keluarga besar (jabu) atau untuk dua jabu. Oleh karena itu antara empat sampai duabelas keluarga dapat tinggal di rumah tersebut dan dengan ukuran rata-rata keluarga besar terdiri dari lima orang (suami, istri dan tiga orang anak). Rumah adat Batak Karo dapat ditempati oleh dua puluh sampai enam puluh orang. Anak-anak tidur dengan orangtua sampai menjelang usia dewasa, pada pria dewasa (bujangan) tidur di bale-bale lumbung dan para gadis bergabung dengan keluarga lain di rumah lainnya.

Rumah adat Batak Karo berukuran 17x12 m2 dan tingginya 12m. Bangunan ini simetris pada kedua porosnya, sehingga pintu masuk pada kedua sisinya kelihatan sama. Hal ini sulit untuk membedakan yang mana pintu masuk utamanya. Rumah adat Batak Karo dibangun dengan enam belas tiang yang bersandar pada batu-batu besar dari gunung atau sungai. Delapan dari tiang-tiang ini menyangga lantai dan atap, sedangkan yang delapan lagi hanya penyangga lantai saja. Dinding-dindingnya juga merupakan penunjang atap. Kedua pintumasuk dan kedelapan jendela dipasang di atas dinding yang miring, di atas lingkaran balok. Tinggi pintu setinggi orang dewasa dan jendela ukurannya lebih kecil. Pintu mempunyai daun pintu ganda sedangkan jendela mempunyai daun jendela tunggal.

Bagian luar dari kusen jendela dan pintu umumnya diukir dalam versi yang rumit dari susunan busur dan anak panah. Atap dijalin dengan ijuk hitam dan diikatkan kepada sebuah kerangka dari anyaman bambu yang menutupi bagian bawah kerangka dari pohon aren atau bambu. Bumbungan atap terbuat dari jerami yang tebalnya 15 sampai 20 cm. Bagian terendah dari atap pertama di bagian pangkalnya ditanami tanaman yang menjalar pada semua dinding dan berfungsi sebagai penahan hujan deras. Ujung dari atap yang menonjol ditutup dengan tikar bambu yang sangat indah.

Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol ini adalah untuk emmungkinkan asap keluar dari tungku dalam rumah. Pada bagian depan dan belakang rumah adalah panggung besar yang disebut ture, konstruksinya sederhana dari potongan bambu melingkar dengan diameter 6 cm. Panggung ini dugunakan untuk tempat mencuci, menyiapkan makanan, sebagai tempat pembuangan (kotoran hewan) dan sebagai ruang masuk utama. Jalan masuk menuju ture adalah tangga bambu atau kayu.

Bagian pokok dari tungku perapian adalah untuk memasak, dibuat antara dua lantai sehingga bagian dasarnya bersandar di atas bambu dan ujungnya adalah setingkat dengan lantai utama. Sisi-sisi dari bagian pokok tersebut dibuat dari sisa-sisa kayu bakar dan ditempatkan pada tanah yang keras. Sepanjang pertengahan dari rumah adalah gang yang sempit setingkat dengan lantai dasar, dan sepanjang sisi-sisi dinding dibangun tempat tidur.

Interior dari rumah sangat gelap karena jendela-jendelanya yang kecil serta asap dari perapian yang telah menghitamkan seluruh papan dan kayu-kayu. Tempat penyimpanan makanan dan peralatan rumah tangga diletakkan dibagian atas rumah, dimana balok bulat yang menghubungkan tiang-tiang penunjang yang menembus lantai pada setiap sisi rumah dan menunjang struktur atap dan podium. Lumbung untuk menyimpan padi, yang dalam bahasa daerah Batak disebut jambur, didirikan dalam tiga tingkatan. Selesai.

Rumah Adat Di Indonesia

 Banda Aceh Rumoh aceh
Sumatera Utara Medan Rumah balai batak toba
Sumatera Barat Padang Rumah gadang
Riau Pekanbaru Rumah melayu selaso jatuh kembar

Jambi Jambi Rumah panggung
Sumatera Selatan Palembang Rumah limas
Bengkulu Bengkulu Rumah bubungan lima

Lampung Bandar Lampung Nuwo sesat
Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang -
Kepulauan Riau Tanjung Pinang -
Jakarta Jakarta Rumah kebaya
Yogyakarta Yogyakarta Rumah joglo
Jawa Barat Bandung Kesepuhan

Jawa Tengah Semarang Rumah joglo

Jawa Timur Surabaya Rumah joglo

Banten Serang -
Bali Denpasar Gapura candi bentar
Nusa Tenggara Timur Kupang Sao ata mosa lakitana

Nusa Tenggara Barat Mataram Dalam loka samawa
Kalimantan Barat Pontianak Rumah panjang
Kalimantan Tengah Palangka Raya Rumah betang
Kalimantan Selatan Banjarmasin Rumah banjar

Kalimantan Timur Samarinda Rumah lamin

Sulawesi Utara Manado Rumah bolaang mongondow
Sulawesi Tengah Palu Souraja / Rumah besar

Sulawesi Selatan Makassar Tongkonan

Sulawesi Selatan Makassar Balla Lompoa
 Sebenarnya informasi diatas masih kurang lengkap tetapi saya akan mencari referensi lain tentang rumah adat di indonesia berdasarkan alur historis dan budaya

Senin, 01 Agustus 2011

Tau-Tau

Uraian berikut ini didasarkan atas penelitian lapangan yang dilakukan tahun 1991 di Malimbong, Rembon, di distrik Saluputti, Tana Toraja. Artikel ini berfokus pada seni ritual membuat patung seorang wanita tua bernama Ne 'Bine' (80 tahun) yang meninggal pada tahun 1989 dan diberi kelas tinggi (rapasan), upacara pemakaman yang masih didasarkan pada Aluk To Dolo pada tahun 1991 .
Bahan ritual dan kayu dari tau-tau dapat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah dan sesuai dengan status sosial almarhum. Beberapa orang hanya diperbolehkan memiliki Lampa tau-tau, 'pada patung sementara yang terbuat dari bambu'. Lain mungkin mampu untuk memiliki tau-tau terbuat dari pohon kapuk. Orang-orang kelas tinggi mungkin memiliki patung yang terbuat dari pohon nangka.
The patung Ne 'Bine' terbuat dari kayu nangka (nangka), salah satu kualitas tertinggi dari bahan kayu dicadangkan untuk seorang pria dan wanita mulia mulia saja. Seperti kita ketahui, dalam manusia Toraja dan wanita memiliki hak yang sama untuk memiliki sebuah patung. Pembangunan patung Ne 'Bine' adalah bagian integratif dari bagian kedua dari ritual kematian, yang dilakukan dari Juli hingga Agustus 1991.
Orang yang berukir Ne 'Bine's tau-tau disebut Ne' Sanda. Pada usia 70 artis master telah mampu membuat tiga stupa. Dia mengaku bahwa dia adalah pembuat patung saja, yang tersedia untuk desa Kole dan Ulu Salu. Ini berarti bahwa hanya orang yang paling penting di desa-desa bisa memiliki tau-tau. Dia sangat mengkritik gaya sekarang patung yang wajahnya mirip dengan wajah orang mati. Bagi dia, konstruksi seperti telah kehilangan kualitas kudus.
Patung di Toraja disebut tau-tau, dan kata ini berasal dari tau akar (bentuk serumpun adalah untuk) yang berarti 'orang'. Bentuk reduplikasi tau-tau menyiratkan perasaan negatif, yang 'bukan orang nyata'. Kadang-kadang disebut bombo, 'roh' atau Payo-Payo, 'bayangan'. Dalam konteks upacara kematian, tau di sini merujuk kepada untuk kawin, 'orang mati' sementara tau-tau mengacu pada representasi sehingga kontras antara Tomat dan tau-tau. Bagaimana kita untuk memahami hubungan antara kedua dalam kerangka budaya masyarakat Toraja?
Sementara banyak orang telah menafsirkan patung ini sebagai representasi dari orang mati (mati Patung Orang), kita harus berhati-hati terhadap penafsiran seperti itu karena tampaknya untuk menekankan aspek kematian itu. Sebaliknya, patung ini paling baik dipahami sebagai seorang tokoh leluhur menekankan pandangan dunia Toraja prinsip kelangsungan hidup siklik.
Prinsip ini budaya dimainkan dalam tiga bentuk budaya eulogizing pada patung (massinggi'tau-tau), ritual pembuatan patung (manggaraga tau-tau) dan ritual kematian (rapasan), struktur yang beruang hubungan ikon untuk satu sama lain.
Teks pidato dari patung (tau singgi '-tau), yang diceritakan oleh spesialis ritual (untuk minaa) setelah selesainya patung memiliki struktur yang terdiri dari awal kehidupan di surga, kehidupan di dunia ini dan kehidupan setelah kematian. Tujuan dari pembuatan patung ini adalah untuk menetapkan secara simbolis kelangsungan seperti hidup, melalui mediasi ritual timur dan barat bergantian ritual yang dilakukan dalam konteks totalitas kematian ritual. Kita tidak bisa gagal untuk mencatat bahwa sejumlah ritus dilakukan dalam ritual kematian sebenarnya terstruktur pada pertentangan antara hidup dan mati (seperti yang dicontohkan dalam pertentangan antara ma'karu'dusan, 'menyebabkan orang mati untuk mati' dan ma'tundan, 'menyebabkan orang mati untuk bangun').
Bagian pertama membahas pidato dengan dua fase kehidupan: surgawi asal usul kehidupan, realitas mitos kehamilan dan melahirkan di surga, dan kehidupan duniawi di dunia ini.
Asal surgawi dari kehidupan adalah performative ditetapkan oleh Pande-tau tau (pembuat patung) dengan ukiran kepala dan tubuh patung pada materi kayu dari pohon nangka. Semua ritual yang menyertai Penciptaan kepala dan tubuh patung diklasifikasikan sebagai ritual kehidupan (aluk rampe matallo). Karya seni dimulai setelah melakukan ritual ma'tundan, 'untuk membangunkan orang mati', ritus bagian kedua dari ritual kematian kelas tinggi. Menggunakan pensil dan pisau tajam, pembuat patung mulai fashion patung seukuran merinci setiap bagian dari tubuh dari wajah (dibala Lindo) ke kaki dan tangan (ma'lette 'dan ma'lima').
Setelah membentuk kepala, pembuat patung terus mengukir dalam urutan mulut (ma'sadang), hidung (ma'illong), mata (ma'mata), telinga (ma'talinga), gigi (isi mangngasa), leher ( ma'baroko), payudara (ma'barangkang), pinggang dan organ seksual (ma'lassak), kaki (ma'lette '), dan lengan (ma'lima), masing-masing masing-masing yang diawali dengan ritual mengorbankan babi (bai Todi ') yang digunakan sebagai persembahan untuk kedua dewa dan para leluhur.
Ketika ukiran selesai ritual massabu dilakukan untuk menandai penyelesaian patung tersebut. Bagian ini adalah ditetapkannya simbolik kelahiran wanita mulia. Satu babi dikorbankan untuk persembahan kepada dewa dan leluhur. Kinerja ritual ini menandai awal dari sejumlah kegiatan ritual besar datang.
The pidato pembicaraan lebih lanjut tentang fase kedua kehidupan, dengan fokus pada pertumbuhan wanita mulia sejak kecil hingga jatuh tempo, kegiatan pertanian dan prestasi ritual di dunia ini (line). Dalam konteks ritual suatu patung ukiran, pertumbuhan tersebut secara simbolis berlaku dalam ritual pemotongan rambut (ma'ku'ku ') untuk pertama kalinya, ritus memberikan pakaian kepada patung tersebut (ma'pake), dan ritual pertunangan (tau-tau ma'pasa ').
Ritus pemotongan rambut menandakan bangsawan dan tanda pemisahan dari dunia sebelumnya. Dalam acara ritual satu babi yang dikorbankan, daging yang digunakan sebagai persembahan untuk dewa dan leluhur.
Setelah ini selesai patung ini diberikan pakaian dan aksesoris menurut jenis kelamin (ma'pake). patung ini mengenakan pakaian tradisional Toraja dan penggunaan kostum tersebut melambangkan jatuh tempo. Atas kepalanya ditempatkan sarung dilipat (lullung) yang menunjukkan gaya dari daerah itu. Sekitar kepalanya mengikat sa'pi '(semacam hiasan terbuat dari beadwork dan perak), bagian depan kepalanya diberikan ornamen terdiri dari potongan bambu dengan ujung ikal (pangngarru'), spangle dari goldleaf (tida- tida), dan bulu ayam (Manuk bulu). Sebuah kalung (manik kata) mempercantik leher, dan sekitar pinggang adalah mengikat beadwork (ambero). Selama bahunya kantong kecil berisi buah pinang (sappa manik) digantung.
Begitu pekerjaan ini telah selesai patung ditempatkan di sebelah barat ricebarn menghadapi rumah di mana orang mati berada.
Dalam beberapa hari setelah ritual yang dilakukan pusat pada pembungkus dari tubuh tetap (mebalun). Sebelumnya, tubuh dibiarkan membusuk dalam peti mati berbentuk perahu sementara (karopi ').
Selanjutnya dalam pidato, disebutkan bahwa saat ia menjadi dewasa ia pergi ke pasar dan bertemu pasangannya di sana. Dalam konteks ritual, pada hari ketika peti mati sementara dimakamkan, acara pertemuan pasangan adalah performative berlaku dalam ritus tau tau ma'pasa '-. Ini adalah semacam ritual pertunangan yang dilakukan oleh membawa patung dalam prosesi ritual untuk pasar di hari pasar di Rembon. Sebagai prosesi tiba patung diletakkan untuk beristirahat. Orang-orang di pasar datang untuk membawa persembahan seperti tembakau sirih, dan lain-lain. babi adalah dikorbankan untuk menandai acara ini.
Hari berikutnya ritus ma'parampo-tau tau, 'upacara perkawinan' dilakukan. Ritus ini enacts dan memperingati upacara pernikahan orang yang meninggal. babi lain adalah dikorbankan untuk hari itu. Akhirnya, bagian kedua dari pembicaraan pidato tentang ritus paling penting yang menandai transisi dari kehidupan duniawi untuk surgawi satu. transisi ini berlaku dalam ritus ma'tatau, 'ritual konversi' yang merupakan jenis dari ritual memasuki fase berikutnya dari kehidupan. Setelah diberi beberapa persembahan dan makanan patung dihidupkan pertama timur (simbol kehidupan) dan kemudian ke barat (simbol kematian).
Pada titik ini mengambil bagian patung di fase berikutnya kehidupan almarhum (kehidupan setelah kematian). Seperti dikisahkan dalam pidato, jiwa perjalanan ke selatan dan naik ke langit dan menjadi nenek moyang didewakan (untuk membali Puang). Ketika prosesi pemakaman dibuat ke lokasi pemakaman patung berjalan dengan itu. Dan ketika orang yang mati dikebumikan ke dalam kubur batu patung juga diletakkan di sana. Secara tradisional, patung ditempatkan di balkon di depan kubur tapi mengingat fakta bahwa pencurian stupa telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir, Ne 'Bine "s tau-tau tersebut diletakkan di dalam kubur.
Setelah jangka waktu yang panjang, ritual konversi untuk patung ini lebih diperkuat oleh ritual kutukan ma'balik '. Dengan melakukan ritual ini anggota keluarga percaya bahwa jiwa telah berubah menjadi leluhur didewakan (Puang tomembali), yang menurut beberapa, kemudian diwujudkan dalam patung tersebut. Yang tau-tau kemudian berfungsi untuk siklus hidup kembali kini almarhum dengan penekanan pada kelangsungan hidup setelah kematian, puncak hidup yang hanya dapat dicapai melalui mediasi ritual kematian. Untuk itu alasan yang sangat tau-tau paling baik dipahami sebagai representasi dari kehidupan leluhur.
Yang tau-tau dihormati oleh orang Toraja dan itu dianggap suci. Ketika tau-tau telah ditempatkan di balkon di depan kubur itu dilarang keras menyentuhnya kecuali pada upacara ma'nene '(menghubungi para leluhur). Dalam acara ritual, pakaian tau-tau dipakai oleh hujan, matahari dan angin harus diubah. Ketika anggota keluarga yang ingin memberikan persembahan kepada orang mati, ia ditempatkan di telapak tau-tau itu.

Masjid Paling Unik Di Indonesia

Masjid An Nurumi

 
Masjid An Nurumi merupakan masjid kecil di tepi jalan Jogja-Solo dengan arsitektur cukup unik. Kubah atapnya mirip bangunan di Moscow, Russia. Kubahnya berbentuk aneh dan berwarna-warni. Mesjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Kremlin. Ada juga yang menjuluki Masjid Permen, sebab kubahnya warna-warni mirip permen lolipop.

Masjid Bawah Tanah Tamansari
  Masjid Taman sari terletak di bawah tanah kompleks Taman Sari Jogjakarta. Masjid Tamansari dibangun pada paruh pertama abad lalu. Masjid ini memiliki arsitektur yang unik. Masjid bawah tanah ini terdiri atas dua lantai berbentuk bulat dengan rongga- rongga jendela di bagian luarnya. Lantai bawah dipakai untuk jamaah wanita, lantai atas untuk jamaah pria. Tangga dari lantai bawah menuju ke lantai atas terletak di tengah-tengah lingkaran. Selain itu terdapat sebuah kolam kecil berbentuk bulat di tengah masjid serta tangga yang melintang di atasnya.

Masjid Cipari

Masjid Cipari atau A-Syuro, adalah salah satu masjid tertua di Garut, Jawa Barat. Bentuk bangunan mesjid ini cukup unik karena mirip bangunan gereja dengan bentuk bangunannya yang memanjang dengan pintu utama persis ditengah-tengah nampak muka bangunan, juga keberadaan menaranya yang terletak di ujung bangunan persis diatas pintu utama. Masjid Cipari ini juga memiliki sejarah perjuangan, karena dahulu digunakan sebagai basis perjuangan rakyat dan tentara.

Masjid Menara Kudus

Masjid Menara Kudus disebut juga sebagai mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar adalah mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus. Keunikan dari bangunan masjid ini adalah menara berbentuk candi bercorak Hindu Majapahit. Bentuk arsitekturalnya yang sangat khas untuk sebuah menara masjid itulah yang menjadikannya begitu mempesona. Keunikan lainnya, mesjid ini dibangun dengan menggunakan batu dari Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Mesjid ini terletak di kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Masjid Muhammad Cheng Ho

Masjid Muhammad Cheng Ho berada di Jalan Gading, Kota Surabaya. Mesjid ini tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai salah satu masjid terunik. Bangunan mesjid ini tidak berbentuk seperti mesjid pada umumnya karena dibuat dengan arsitektur khas Tiongkok. Bentuk bangunan ini mirip Masjid Niu Jie di Beijing yang berusia lebih dari 100 tahun.

Masjid Perahu

Masjid yang terletak di sebuah gang kecil yang terapit oleh Apartemen Casablanca, Jakarta ini aslinya bernama Al Munada Darrusalam. Mesjid ini lebih dikenal sebagai masjid perahu karena di samping masjid itu terdapat bangunan beton yang menggambarkan sebuah perahu raksasa. Bangunan berbentuk perahu tersebut difungsikan sebagai tempat wudhu untuk kaum muslimat, sementara untuk kaum muslimin berada pada sisi yang berbeda. Suatu keunikan yang tak dimiliki oleh masjid-masjid lainnya.

Masjid Pintu Seribu

Masjid Nurul Yakin atau lebih dikenal dengan sebutan masjid Sewu (seribu) memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan masjid lainnya karena mesjid ini memiliki seribu pintu. Masjid seribu ini menjadi salah satu tempat paling menarik bagi wisatawan. Tak hanya wisatawan lokal tapi wisatawan asing. Mesjid ini terletak di Kp.Bayur Tangerang.

Sumber.
http://jelajahunik.blogspot.com/2010/12/masjid-dengan-struktur-unik-yang-ada-di.html 


Aneh Bin Unik Penemuan Ban Tanpa Angin



Ban kempes atau bocor selalu menjadi musuh utama pengendara mobil. Apalagi ban kempes terjadi di saat mudik. Kini militer Amerika Serikat (AS) telah menemukan ban yang tidak bisa bocor bahkan tidak memerlukan angin segala.
Ban yang diberi nama Airless Tire ini mampu menahan beban sampai 1.746 kg dan bisa digunakan sejauh 24.140 km yang dinilai sudah masuk standar dalam militer di Amerika.

Untuk kenyamanan penggunaan ban ini, tim riset militer AS menjamin bahwa ban ini akan berfungsi sama dengan ban biasa yang bisa memberi kenyamanan.
Ban ini berukuran 37 inci (berdiameter 94 centimeter).
Ban anti bocor ini nantinya akan digunakan di seluruh kendaraan perang milik Amerika seperti Hummer dan lainnya.
Sayangnya pihak militer AS tidak menyebutkan bahan apa yang digunakan untuk membuat ban ini dan apakah nantinya akan dikembangkan untuk kepentingan komersial.

7 Binatang Terlambat Di Dunia


7. Koala Bear (25mph)
Koala adalah mamalia marsupial yang bergerak perlahan-lahan dan binatang malam. Tangan dan kaki yang khusus disesuaikan untuk memanjat pohon. koala tidur di pohon-pohon kayu putih di siang hari. Koala adalah salah satu spesies yang dilindungi, tetapi terancam oleh hilangnya habitat.

6. Monster Gila (15mph)
Monster gila adalah spesies kadal besar, awalnya ditemukan di Amerika Serikat dan Meksiko utara selatan. Monster ini memiliki kaki kuat dan cakar panjang yang digunakan untuk menggali. ia menghabiskan sebagian besar waktu mereka di liang bawah tanah. mereka biasanya makan tikus, kelinci bayi, dan telur burung burung yang ditemukan di dalam tanah.

5. Manatee (13mph)
Manate adalah mamalia laut yang besar dan manate juga dikenal sebagai sapi laut. manate mempunyai berat rata-rata lebih dari 500kg dan dapat tumbuh lebih dari 4,5 meter. Meskipun memiliki ukuran besar mereka bisa bertahan hidup hingga 70 tahun. Manatee menghabiskan sebagian besar waktu mereka pada tanaman dalam keadaan hangat, perairan dangkal yang kurang lebih dua meter. Manatee adalah herbivora dan karena itu hanya benar-benar memakan tanaman air seperti rumput laut dan ganggang.

4. Starfish (8mph)
Bintang laut umumnya ditemukan dengan lima lengan yang menempel pada cakram pusat. Bintang laut tidak tergantung pada kerangka, bergerak beriringan menggunakan kelima jari (walaupun bintang laut masih dilindungi oleh kerangka mereka), namun memiliki sistem vaskular air hidrolik yang membantu bintang laut bergerak.

3. Three-Toed Sloth (0.15mph)
Three-Toed Sloth adalah anggota dari genus Bradypus dan keluarga Bradypodidae. Terkenal lambat bergerak, binatang yg malas. Yang berjalan pada kecepatan puncak 0,15 mph. Three-Toed Sloth seukuran dgn anjing kecil, dengan kepala dan tubuh memiliki gabungan tinggi sekitar 60 cm, dan hewan itu beratnya 3,5-4,5 kg.

2. Giant Tortoise (0.13mph)
Kura-kura raksasa merupakan ciri khas dari pulau tropis tertentu. Mereka adalah salah satu hewan di dunia yang paling lama tinggal, dengan rata-rata usia 100 tahun atau lebih. Penyu memiliki kecepatan bervariasi menurut spesies. Kura-kura paling lambat di dunia telah dihitung memiliki kecepatan 0,13 hingga 0,30 mph. Namun, ketika mereka berenang, kecepatan nya bisa mencapai 22 mph.

1. Slug (0.03mph)

Fakta, siput menjadi binatang paling lambat di dunia. Dia hanya memiliki kecepatan maksimum 0,03 mph. Membuat mereka mudah untuk ditangkap sejak zaman prasejarah. Tubuh lunak berlendir siput rentan terhadap pengeringan, sehingga siput hidup terbatas pada lingkungan lembab dan harus mundur ke tempat persembunyian ketika cuaca basah ke kering.a
 
sumber : http://bodrexcaem.blogspot.com/2011/07/7-binatang-dengan-jalan-terlambat-di.html

10 Masjid Tertua Di Indonesia

Berikut ini adalah 10 masjid tertua di indonesia, semua masjid-masjid ini dibangun di tanah air kita indonesia. Beberapa masjid berikut berumur mulai dari sekitar 700-400 tahun.

1. Masjid saka tunggal (1288)
Masjid Saka tunggal terletak di Desa Cikakak Kecamatan Wangon dibangun pada tahun 1288 sebagaimana terukir di Guru Saka (Pilar Utama) masjid. Tapi dalam membuat masjid ini lebih jelas ditulis dalam buku-buku kiri oleh para pendiri masjid ini adalah Kyai Mustolih. Tapi buku-buku ini telah hilang bertahun-tahun yang lalu. Setiap tanggal 27 rajab diadakan ziarah di masjid dan membersihkan makam Kyai Jaro Mustolih. Masjid ini terletak ± 30 km dari kota purwokerto. Disebut saka tunggal untuk membangun tiang yang digunakan untuk membentuk hanya satu tiang (tunggal). Yang menurut bp. Sopani salah satu pengurus masjid adalah bahwa pilar tunggal melambangkan bahwa ALLAH adalah hanya satu ALLAH swt. Di beberapa tempat terdapat hutan pinus dan hutan lainnya dihuni oleh ratusan monyet jinak dan ramah, seperti di Sangeh Bali.

2. Masjid Wapauwe (1414)
Masjid ini masih terawat dengan baik. Kebanyakan bangunan aslinya juga disimpan beberapa benda warisan seperti drum, tulisan tangan s Alquran ', sifat skala batu yang beratnya 2,5 kg, dan logam hiasan dan membaca huruf arab di dinding. Masjid juga masih berfungsi sebagai tempat doa sekitar penduduk.
Jika drum atau beduk dipukuli, maka suaranya akan terdengar sampai seluruh desa, mengundang orang untuk datang ke masjid untuk jemaat.
kitab suci Alquran tulisan tangan di masjid ini pernah dipamerkan di Festival Istiqlal di Jakarta. Beberapa tambahan baru adalah tempat wudlu, karpet, kipas dan listrik untuk pencahayaan.

3. Masjid ampel (1421)
Masjid Ampel adalah sebuah masjid kuno yang berada di bagian utara Kota Surabaya, Jawa Timur. Masjid ini didirikan oleh Sunan Ampel, dan didekatnya terdapat kompleks makam Sunan Ampel.

Saat ini Masjid Ampel merupakan salah satu daerah tujuan wisata religi di surabaya. Masjid ini dikelilingi oleh bangunan berarsitektur tiongkok dan arab.
Disamping kiri halaman Masjid Ampel, terdapat sebuah sumur yang diyakini merupakan sumur yang bertuah, biasanya digunakan oleh mereka yang meyakininnya untuk penguat janji atau sumpah.

4. Masjid agung demak (1474)
Masjid Agung Demak adalah salah satu mesjid yang tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa kauman, demak, jawa tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di tanah Jawa khususnya dan INdonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak, pada sekitar abad ke-15 masehi.

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut Saka Guru. Tiang ini konon berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai 'saka tatal' bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut saka majapahit.

Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

5. Masjid sultan suriansyah (1526)
Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Tuan Guru (1526-1550), Raja Banjar yang pertama masuk islam.

Masjid ini terletak di utara Kecamatan Kesehatan, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, daerah yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan ibukota Kesultanan Banjar untuk pertama kalinya.

Arsitektur tahap konstruksi dan atap tumpang tindih, merupakan masjid bergaya tradisional banjar. Gaya masjid tradisional di banjar mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan utama. Masjid ini dibangun di tepi sungai di Kecamatan Kesehatan.

6. Masijd Menara Kudus (1549)
Mesjid Menara Kudus (disebut juga sebagai Mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar) adalah mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 masehi atau tahun 956 hijriah dengan menggunakan batu dari Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama dan terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.

7. Masjid Agung Banten (1552-1570)
Masjid Agung Banten termasuk masjid tua yang penuh nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di pulau Jawa.

Masjid Agung Banten terletak di kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.

Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda china. Ini adalah karya arsitektur china yang bernama Tjek Nan Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Di masjid ini juga terdapat komplek makam sultan-sultan banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.

Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti masjid agung. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur belanda kuno. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel. Biasanya, acara-acara seperti rapat, dan kajian Islami dilakukan di sini.

Menara yang menjadi ciri khas sebuah masjid juga dimiliki Masjid Agung Banten. Terletak di sebelah timur masjid, menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Dari atas menara ini, pengunjung dapat melihat pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai, karena jarak antara menara dengan laut hanya sekitar 1,5 km.

Dahulu, selain digunakan sebagai tempang mengumandangkan azan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.

8. Masjid Mantingan (1559)
Masjid Mantingan adalah masjid kuno di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. Masjid ini dilaporkan didirikan di Kesultanan Demak pada tahun 1559. Didirikan oleh ubin lantai tinggi ditutup dengan cina buatan sendiri, dan juga kereta api-undakannya. Semua didatangkan dari Makao. Bubungan atap bangunan gaya termasuk china. Dinding luar dan dalam dihiasi dengan piring tembikar bergambar biru, sedang dinding sebelah tempat imam dan pendeta itu dihiasi dengan relief persegi bergambar margasatwa, dan penari penari diukir di batu kuning tua. Pengawasan pekerjaan konstruksi masjid ini tak lain adalah Babah Liem Mo Han. Di dalam kompleks masjid terdapat makam Sultan Hadlirin, suami dari Kanjeng Ratu Kalinyamat dan adik ipar Sultan Trenggono, penguasa terakhir Demak. Selain itu ada juga makam Waliullah Mbah Abdul Jalil, yang disebut sebagai nama lain Syekh Siti Jenar.

9. Masjid Al-Hilal Katanga (1603)
Masjid ini dibangun pada tahun 1603 masehi pada masa pemerintahan Taja Gowa-24, Aku Manga'ragi Daeng-Manrabbiakaraeng Lakiung, Sultan Alauddin. Kemudian pada tahun 1605 m, masjid ini benar-benar dirubah untuk diberi nama Masjid Katangka. Masjid berukuran 14,1 x struktur 14,4 meter dan sebuah bangunan tambahan 4,1 x 14,4 meter. Tinggi bangunan 11,9 meter dan 90 meter dinding tebel, bahan baku dari batu bata dengan atap ubin dan lantai porselen. Lokasi di Katangka, Gowa.

10. Masjid Tua Palopo (1604)
Madjid Tua Palopo, didirikan oleh Raja Luwu bernama Sultan Abdullah Matinroe pada tahun 1604 m, masjid yang memiliki luas 15 m2 ini diberi nama Orang Tua, karena usia yang sudah tua. Sedangkan nama Palopo diambil dari kata dalam bahasa bugis dan luwu memiliki dua arti, yaitu: Pertama, penganan yang terbuat dari campuran beras ketan dan air gula. Kedua, memasukkan pasak dalam lubang tiang bangunan. Kedua makna memiliki hubungan dengan proses pembangunan Masjid tua Palopo ini.


Baca Juga :
- Inilah Masjid Tertua Di Dunia
- Bangunan Masjid Paling Unik Di Indonesia

Bocah Misterius Pada Bulan Ramadhan



Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.

Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan.

Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya. Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu.

Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi,bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. “Bismillah.. .” ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini.

Kalau memang bocah itu “bocah beneran” pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. “Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?” tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya.

Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman. “Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa,” jawab Luqman dengan halus,”apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu..” Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi.

“Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan puasa? Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?” Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela.

Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar “sangat” menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. “Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri? Tuan.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…! Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta?

Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan.., jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi.

Tuan…, jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan ‘tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak….” Wuahh…, entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman! Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur.

Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat..

Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya. Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.